Kondisi Sosial Kemasyarakatan Desa Ranjeng alam perspektif kebudayaan, sebagian besar dari masyarakat Tatar Sunda (Jawa Barat),merupakan masyarakat Sunda,yaitu kelompok orang atau masyarakat yang dibesarkan dalam lingkungan sosial budaya Sunda serta menghayati dan menggunakan norma-norma Sunda. Desa yang bermayoritas muslim ini selalu mengedepankan kebersamaan antar masyarakat.
Kesadaran masyarakat Desa Ranjeng untuk melakukan penggalian dan pengembangan kembali kebudayaan warisan leluhurnya,dari tahun ke tahun semakin menunjukkan hasil yang menggembirakan. Beberapa unsur kebudayaan,terutama dibidang kesenian tradisional mulai diangkat kembali ke permukaan.
- PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) merupakan gerakan masyarakat umum khususnya ibu rumah tangga seperti memasak, senam, arisan, dll.
- BKL (Bina Keluarga Lanjut Usia) merupakan langkah kesehatan untuk para lanjut usia. Kegiatan ini cukup efektif karena dilakukan secara berkesinambungan seperti senam.
- UPPKS (Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) merupakan gerakan yang berupaya untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.
Di Desa Ranjeng semua
masyarakatnya beragama muslim, hal ini dapat disebabkan kurangnya percampuran
kultur, sehingga masih terjaga keselarasan. Bangunan sarana ibadah yakni terdapat
sembilan mesjid (dua Babakan Asem, tiga Babakan Bandung, dua Ranjeng, satu
Cisitu, satu Cijintung).
Di setiap mesjid terdapat
DKM yang bertugas mengelola dalam memelihara kelangsungan sarana ibadah. Di
setiap mesjid biasanya selalu mengadakan acara setiap hari besar agama Islam,
misalnya lomba MTQ antar Kecamatan, dan sempat menjuarai tingkat kecamatan.
Secara
potensi, desa ini cukup baik yang terbukti pernah menjuarai lomba MTQ, namun
sarana yang tersedia kurang memadai. Akan tetapi sebagian masyarakat menganggap
hal tersebut tidak menghambat masyarakat untuk menggunakan sarana apa adanya.
Interaksi
antar masyarakat dapat dikatakan bagus. Banyak
masyarakat yang berperan aktif dalam organisasi. Selain itu para ibu rumah
tangga sering mengadakan arisan di tiap RT dan diadakan senam setiap hari
Selasa, begitu juga kegiatan-kegiatan PKK.
Apabila dilihat dari
interaksi masyarakatnya yang cenderung aktif, maka tidak heran apabila di desa
Ranjeng sering bergotong royong dan para warga saling membantu. Biasanya gotong
royong diadakan jika ada pembangunan rumah, jalan, dan juga jika ada Jumsih (Jumat
Bersih), ataupun kegiatan desa lainnya.
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, di desa Ranjeng,
terdapat beberapa kebudayaan atau adat istiadat . Setelah mewawancarai beberapa
narasumber terdapat beberapa kebiasaan dan kesenian di desa Ranjeng, yaitu:
a. Tradisi
Maulud nabi: Maulud
nabi merupakan tradisi yang sudah kental di desa Ranjeng. Pada tanggal 12 Rabi’ul
Awal masyarakat ini sering memperingati hari lahir nabi besar Muhammad saw,
sebagai hari besar. Tradisi ini dilaksanakan dengan cara bergotong royong. - Tujuh Bulanan: Tradisi
ini merupakan salah satu kebiasaan masyarakat desa Ranjeng yang dilakukan untuk calon ibu (hamil). Tradisi
ini diadakan sebagai rasa syukur kepada Allah swt yang telah memberikan
karunia-Nya.
Khitanan: Dalam
agama islam khitanan merupakan salah satu media penyucian diri dan hal ini
tentu saja menjadi tradisi masyarakat desa Ranjeng.
Khataman Quran: Tradisi
ini dilaksanakan dengan cara membaca, menelaah kitab suci Al-quran yang
biasanya dilaksanakan dalam pengajian di mesjid. Khataman ini biasa juga sering
dilaksanakan pada bulan Ramadhan seusai sholat tarawih.
b. Kesenian
Kuda Renggong: Kesenian ini dapat dikatakan sebagai ciri khas
kebudayaan di desa Ranjeng. Kuda Renggong diadakan apabila ada acara besar
seperti: khitanan, pernikahan, hari kemerdekaan dll. Kesenian ini pernah
mendapatkan prestasi juara satu tingkat kecamatan. Selain itu kesenian ini
pernah tampil sampai keluar kota seperti: Jakarta, Bekasi, Subang, Tasik dan
Bandung.
Tari Umbul: Kesenian
ini berasal dari Paseh, jika ada acara
besar di desa, dan pernah mendapat prestasi juara satu antar kecamatan. Tari
Umbul biasanya menggunakan alat-alat yang biasa digunakan untuk tayuban.
Seni
Reak: Kesenian
yang memadukan beberapa jenis tari tradisional seperti reog, angklung, gendang
pencak dan topeng. Kesenian ini diadakan apabila ada acara tertentu yang
diadakan secara khusus.
Jaipongan: Kesenian
ini merupakan tarian tradisional yang memiliki gaya khas yakni keceriaan,
humoris, dan semangat. Tari Jaipongan ini dilaksanakan apabila ada hajat
tertentu atau acara-acara perayaan.
Upacara
adat: Upacara
adat merupakan kebiasaan turun-temurun di desa Ranjeng. Tradisi ini
diselenggarakan dengan cara partisipasi masyarakat desa Ranjeng yang bergotong
royong. Upacara adat di desa Ranjeng ini biasa diadakan untuk Mapag Panganten,
Jemput Tamu, dan Beluk.
Pongdut
(Jaipong dan Dangdut): Pongdut
yang mempunyai singkatan jaipong dan dangdut ini merupakan seni gabungan inisiatif masyarakat desa
Ranjeng. Kesenian ini akan dipentaskan apabila ada kegiatan tertentu.
Organ
tungga: Organ
Tunggal merupakan pentas musik diatas panggung dengan menggunakan organ yakni
alat besar seperti piano. Pentas musik ini biasanya dipentaskan pada
momen-momen tertentu.
Kasidah: Merupakan seni suara yang bernafaskan islam.
Kesenian ini dilaksanakan apabila diadakannya acara seperti pengajian atau
pernikahan dengan melantunkan lagu bernuansa islam.
selain kesenian di atas masih ada beberapa kesenian lain yang ada di Desa Ranjeng, yaitu: Seni Tari Klasik, Seni
Calung, dan Reog.Sumber wawancara: Ika Karunia(Bidan),Maman Rukmana (Mantri), Bu Nunung (Sekertaris PKK), Bu Dede (Warga/Pelaku seni), Wartono (Warga)
Sumber Data: RJPMDES 2010-2014, Desa Ranjeng.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar